Ki Radyo Harsono dalam pementasan malam puncak peringatan 100 Tahun Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang, Sabtu (2/6/2012). Lakon yang dimainkan malam itu adalah Dewa Ruci. |
MAGELANG - Ratusan seniman yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung memeriahkan peringatan 100 tahun Seminari Menengah Mertoyudan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (2/6). Pentas ini memberikan sebuah pesan sederhana tentang pluralisme keberagaman bagi para calon imam serta para alumni yang datang.
Melalui visualisasi gerak tari dan musik para seniman ini mengambil tempat di halaman depan sekolah yang telah melahirkan ribuan imam selama satu abad ini.Para seniman ini datang dari berbagai latar belakang pendidikan, budaya dan agama.
Namun yang bisa menyatukan mereka adalah seni itu sendiri dengan pertunjukan bertajuk "Ensiklopedia Agrobudaya". Di antara para penonton mereka menari dengan beragam kostum yang terbuat dari daun atau ranting kering.
Sedangkan Seminari Mertoyudan sendiri juga lahir di antara kultur agrobudaya dengan cermin masyarakat yang toleran. Seperti sebuah pesan yang disampaikan pengasuh Pondok Pesantren Tegalrejo KH Muhammad Yusuf Chudlori, Seminari Mertoyudan harus bisa menularkan virus perdamaian di bangsa ini.
Semalam puncak peringatan 100 Tahun Seminari Menengah Mertoyudan menggelar pentas wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Dewa Ruci oleh dalang ki Radyo Harsono dari Muntilan.
Sumber : TRIBUNNEWS.COM
0 comments:
Post a Comment