Caracas - Presiden Venezuela Hugo Chavez memamerkan pesawat mata-mata buatan dalam negeri. Pesawat mata-mata tak bersenjata ini mampu merekam dan mengirimkan data-data penting dari lokasi terpencil.
"Satu dari tiga pesawat telah diproduksi di sini dan kami akan terus memproduksinya," ujar Presiden Chavez dalam rapat dengan Kepala Pertahanan dan jajarannya, seperti dilansir oleh Asia One, Kamis (14/6/2012).
"Russia, China, Iran, dan negara sekutu lainnya ikut berkontribusi dalam proyek ini," imbuhnya. Dikatakan Chavez, pesawat mata-mata ini akan digunakan untuk keperluan militer maupun sipil.
Sementara itu, Direktur Cavim, Jenderal Julio Morales menuturkan spesifikasi dan kelebihan pesawat mata-mata ini. Cavim merupakan pabrik senjata milik negara yang mengembangkan pesawat mata-mata ini.
Menurut Morales, pesawat mata-mata ini mampu mencapai jarak sejauh 100 km dan mampu mencapai ketinggian 3.000 meter dari permukaan air laut. Pesawat ini mampu mengudara di ketinggian terus-menerus selama 90 menit sembari mengirimkan gambar dan video yang direkamnya di lokasi.
Pesawat yang berukuran panjang 4 meter ini tidak dilengkapi dengan senjata sehingga tidak bisa melakukan penyerangan seperti pesawat mata-mata milik AS. Kendati demikian, pesawat ini memiliki kemampuan tidak kalah hebat dalam mengamati dan mengawasi infrastruktur tersembunyi seperti pipa, bendungan, dan sebagainya.
Selain memproduksi pesawat mata-mata ini, Cavim juga memproduksi persenjataan seperti senapan, granat, serbuk mesiu dan amunisi bagi militer Venezuela. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Chavez pun memuji perkembangan produksi senapan AK-103 dengan bantuan Rusia.
"Kita memiliki hak (untuk memproduksi senjata). Kita tidak akan melakukan ini jika kita negara koloni, tapi kami negara yang merdeka dan bebas," ucap Chavez, sembari menjelaskan bahwa pabrik tersebut akan memproduksi 25 ribu senapan dan 70 juta amunisi setiap tahunnya.
Presiden Chavez yang usai menjalani perawatan di rumah sakit atas penyakit kanker yang dideritanya ini, berencana untuk mencalonkan diri kembali dalam pemilu tahun depan. Chavez yang telah berkuasa sejak tahun 1999 silam, dikenal sangat vokal dalam melawan apa yang ia sebut 'imperialisme' Amerika Serikat (AS) di kawasan Amerika Latin. Di bawah kepemimpinan Chavez, Venezuela menjalin hubungan erat dengan negara yang menjadi musuh AS, seperti Iran dan Kuba.
Sumber : detik.com
0 comments:
Post a Comment