Sejumlah pedagang makanan, kaki lima dan tukang ojek di distrik Abepura, Jayapura, Papua, takut berjualan hingga larut malam. Kondisi ini menyusul maraknya penembakan warga sipil dan anggota TNI di Bumi Cenderawasih itu.
Marni (30), pedagang makanan yang biasa berjualan di Tanah Hitam, Abepura, mengaku sejak dua hari terakhir tidak lagi berjualan hingga larut malam.
"Saya biasanya berjualan hingga pukul 01.00 dini hari, tapi belakangan ini saya jualan hanya sampai pukul 20.00 WIT karena sepi pembeli juga," katanya.
Ia juga mengeluhkan sering adanya isu yang didapatkan lewat pesan pendek tentang adanya penembakan ataupun penyerangan dari kelompok tertentu. Hal itu membuat Marni bersama pedagang lainya enggan berjualan hingga larut malam.
"Saya dapat pesan pendek di HP bahwa ada penyerangan dan penembakan, sehingga takut berjualan hingga jauh malam," katanya.
Di tempat terpisah, Rusmini, salah satu pemilik warung nasi kuning di daerah Entrop distrik Jayapura Selatan, membenarkan bahwa aksi teror penembakan telah mengurangi penghasilannya.
"Biasanya semalam bisa dapat Rp 1 juta-Rp 2 juta dari jualan nasi kuning tetapi dengan adanya aksi teror penembakan ini, pembeli berkurang dan kami penjual juga takut buka hingga larut malam," katanya seperti dikutip Antara.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, dalam kurun waktu dua minggu terakhir, di Kota Jayapura terjadi aksi penembakan oleh orang tak dikenal.
Dalam empat hari terakhir, sudah ada lima warga sipil dan satu anggota TNI yang menjadi korban penembakan. Salah satunya Arwan, PNS Kodam XVII Cenderawasih yang tertembak di leher saat melintas di jalan alternatif wali kota tembus markas kodam pada Rabu (6/6) malam.
Sumber : merdeka.com
0 comments:
Post a Comment