Your Ad Here

Wednesday, June 6, 2012

Dukungan Rendah, Ical Tetap "Pede"

Dukungan Rendah, Ical Tetap "Pede"
JAKARTA — Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie tetap percaya diri dan optimistis akan menang dalam Pilpres 2014 nanti meski popularitas dan elektabilitasnya di bawah calon lain.

Namanya berada di urutan keempat survei Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS). Dukungan paling tinggi diperoleh Prabowo Subianto, diikuti Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla.

"Golkar memang harus kerja keras terus untuk menang pemilu. Namun, waktu saya mau jadi Ketum Golkar, survei di bawah calon lain, tapi menang kan. Begitu juga dengan Pemilu Presiden nanti," ujar pria yang akrab disapa Ical ini, di acara "Bung Karno di Mata Dunia, 111 tahun Gagasan & Tindakan", Jakarta Pusat, Rabu (6/6/2012) malam.

Ical juga tampaknya tak ambil pusing dengan survei yang menyebut Prabowo dan Jusuf Kalla menjadi pasangan terpopuler untuk Pemilu 2014. "Bagus, bagus itu. Yang penting Golkar tetap nomor satu," tuturnya.

Menanggapi berbagai tawaran dari partai lain untuk mengusung Jusuf Kalla jadi capres, Ical justru tak khawatir. Ia menyatakan bangga rekan politisinya itu dilirik partai lain. Hal itu, kata dia, menandakan bahwa kader Golkar memiliki kemampuan yang baik untuk memimpin. Saat ini Jusuf Kalla memang tengah diwacanakan menjadi capres dari Partai Nasdem dan PPP.

"Kalau di Golkar kan sudah enggak bisa lagi karena sudah ada keputusan bulat dari rapimnas. Kalau Pak JK dipilih yang lain, berarti tokoh-tokoh Golkar berisi orang-orang hebat," tandasnya.

Aburizal Bakrie sudah memastikan dirinya adalah tokoh Golkar yang pantas menjadi capres pada 2014 dengan dukungan dari kader Golkar di daerah. Namun, ia sempat tidak mengindahkan nasihat para tetua di Partai Golkar yang menyebut masih ada nama calon lain yang berpotensi.

Jusuf Kalla menjadi nama lain yang sempat akan diusung sebagian kader Golkar. Akibat ricuh di internal Golkar terdahulu ini, pengamat politik Soegeng Sarjadi menyarankan agar Ical tak memaksakan dirinya untuk maju. Pasalnya, elektabilitas dan kepopulerannya lebih rendah daripada Jusuf Kalla.

"Dalam politik tidak boleh memaksakan diri. Jajak pendapat adalah momen opname dari masyarakat, itu sentimen publik," terang Soegeng di Jakarta.

Ia menyatakan, jika elektabilitas Kalla lebih tinggi, justru akan menimbulkan keresahan baru di internal partai berlambang pohon beringin itu. Persaingan ketat di partai itu justru menimbulkan konflik baru yang bisa berujung saling menjatuhkan.

"Golkar kelihatannya akan sedikit ada riak gelombang kalau dipaksakan Ical. Aburizal lebih baik jadi king maker. Akan lebih disegani orang. Orang akan lebih takut kalau dia jadi king maker," tuturnya.

Di sisi lain, Soegeng mengimbau Jusuf Kalla memberikan peluang untuk kaum muda Golkar yang berpotensi untuk maju dalam Pilpres 2014. Menurutnya, masa Kalla untuk berjaya sudah lewat. Saatnya memberikan kesempatan baru untuk kandidat Golkar lainnya.

"Kalau ada partai yang mencalonkan, kalau JK tidak terpilih, nama baik yang sudah dia bangun akan hilang. Kalau saya jadi dia, saya memilih tidak (calonkan diri). Jadi ketua PMI bagus, jadi Ketua Dewan Masjid Indonesia juga bagus. Jangan terlalu terobsesi terhadap kekuasaan. Itu nasihat saya. Tokoh politik tidak harus jadi presiden atau wakil," jelasnya.

Sumber : KOMPAS.com

0 comments:

Post a Comment